Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik

06.06
Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik

Cermat Gunakan Antibiotik Hindari Resistensi Bakteri - Unair News

Antibiotik merupakan salah satu obat ampuh bagi masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit. Antibiotik merupakan obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai macam studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat, contohnya untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. (Hadi, 2009).

Antibiotik merupakan

Antibiotik merupakan sebuah substansi kimia yang bisa kita dapatkan dari macam-macam spesies mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotik terdapat banyak di alam yang memiliki peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam air, tanah, kompos, dan limbah. Antibiotik memiliki susunan kimia dengan cara kerja yang berbeda, maka daro itu antibiotik mempunyai kuman standar tertentu. Dari berbagai jenis antibiotik yang telah ditemukan, hanya beberapa saja yang tidak toksik untuk dipakai dalam pengobatan.

Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

1. Merusak bagian dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
2. Menghambat sintesis protein antara lain, aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain, trimetoprim dan sulfonamid.
4. Mempengaruhi metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin

Baca juga dasar Biokimia disini : Dasar dasar Biokimia

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya

1. Bakterisid

Antibiotika yang bekerja secara aktif untuk membasmi kuman, seperti sefalosporin, penisilin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , rifampisin, polipeptida, isoniazid dan masih banyak lagi.

2. Bakteriostatik

Merupakan antibiotik yang tidak bisa memusnahkan kuman, antibiotika bakteriostika ini hanya dapat menghambat atau mencegah pertumbuhan kuman, sehingga pembasmian kuman hanya tergantung pada daya tahan tubuh. Sulfonamida, linkomisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, trimetropim, makrolida, asam paraaminosalisilat, dan klindamisin termasuk ke dalam golongan ini (Kemenkes, 2011).

Pertumbuhan bakteri biasanya dipengaruhi oleh berbagai jenis zat kimia dalam lingkungan, karena pengaruh zat kimia, maka biasanya bakteri akan seperti bergerak menuju atau bahkan menjauhi zat kimia tersebut. Hal tersebut terjadi apabila bakteri-bakteri tersebut tertarik dan bergerak mengarah pada zat kimia atau biasa disebut chemotaxis positif. Dan apabila sebaliknya, maka biasanya disebut dengan chemotaxis negatif. Apabila terdapat bakteri yang tidak bergerak biasanya disebut chemotropis (Zang, 2007).

Daya kerja antibiotik

Daya kerja antibiotik dikategorikan ke dalam 4 cara, yaitu:

1. Hambatan sintesis dinding sel

Obat antibiotik dapat menghambat sintesis dinding sel dari mikroba, terutama bagi bakteri sefalosporin, basitrasin, penisilin, ristoferin, dan vankomisin.

2. Hambatan fungsi selaput sel

Salah satu contohnya yaitu amfoterisin B, kolistin, nistatin, polimiskin.

3. Hambatan sintesis protein

Hambatan sintesis protein diantaranya yaitu,

    -Eythromisin
    -Khlorampenikol
    -Linkomisin
    -Tetrasiklin
    -Neomisin
    -Streptomisin
    -Netilmisin
    -Tobramisi
    -Makrolida
    -Klindasimin
    -Mupirosin
    -Spektinomisin

4. Hambatan sintesis asam nukleat
Antibiotik yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah asam nalidiksat, rifampin, trimetoprin, sulfonamid, primetamin, dan novobiosin (Murray, 1995).

5. Hambatan enzim esensial dalam metabolisme folat

Beberapa antibiotik yang dapat digolongkan sebagai enzim yang bekerja sebagai penghambat enzim esensial dalam metabolisme folat adalah sebagai berikut :

Resistensi Antibiotik
 
Antibiotik dapat menjadi resisten dengan ciri antibiotik tersebut tidak terhambat pertumbuhannya ketika diberikan antibiotik secara sistemik dalam dosisi normal yang semestinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri itu. Sedangkan, ada suatu fenomena yang disebut dengan multiple drugs resistance yang merupakan kondisi ketika seseorang resisten terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Lalu ada pula cross resistance yang merupakan resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain meskipun tidak berhubungan (Tripathi, 2003).

Penyebab dari resistensi antibiotik ini terjadi karena penggunaannya yang berlenihan dan irasional. Bahkan, 40% dari penggunaan antibiotik ini dipakai untuk hal yang kurang tepat seperti infeksi virus.

Selain itu, berikut beberapa faktor yang membuat resistensi itu terjadi :
 
1. Penggunaan yang kurang tepat
2. Berbagai faktor yang berhubungan dengan pasien
3. Peresepan dalam jumlah besar yang tidak terlalu penting
4. Penggunaan monoterapi daripada menggunakan terapi kombinasi
5. Perilaku hidup kurang sehat
6. Adanya infeksi endemic atau pun epidemic
7. Promosi besar-besaran yang menimbulkan salah persepsi di kalangan orang awam

Jangan lupa untuk kunjungi artikel menarik lainnya :

Artikel Terkait

Previous
Next Post »